Friday, February 05, 2016

Ubur-ubur, Potensi Yang Masih Terkubur


Ubur–ubur merupakan binatang laut dengan bentuk seperti cendawan, badannya mirip agar-agar, memiliki struktur tembus pandang, tentakel yang berjuntai dari bagian bawah tubuhnya serta hampir 90 persen terdiri dari air. Berat seekor ubur-ubur dapat mencapai 10 kg dan mudah ditemui dilaut karena  melayang 1-2 meter dari permukaan laut. Ubur-ubur dapat hidup di hampir segala iklim. Jenis ubur-ubur yang dikenal di Indonesia terdiri dari empat jenis yaitu Aurelia aurita, Cassiopeia xamacha, Mastigias papua dan Tripedalia cyctophora. Ubur-ubur biasanya selalu dihindari orang karena dapat menyebabkan gatal-gatal bagi yang menyentuhnya, namun ternyata memiliki harga jual yang tinggi dan selalu ditunggu kemunculannya oleh nelayan pada musim kemarau.
Sentra produksi ubur-ubur di Indonesia banyak terdapat di wilayah perairan Cilacap, perairan Kebumen, perairan Tanjung Jabung Barat Jambi, perairan Prigi Trenggalek, Danau Kakaban Perairan Berau Kalimantan Timur, kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan,  perairan Muncar Banyuwangi, perairan Alor Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Teluk Kao Halmahera Utara, perairan Bacan Halmahera Selatan Kepulauan Maluku dan Kepulauan Riau, perairan Panimbang Banten dan pantai Gunung Kidul Yogyakarta. Produksi ubur-ubur dibeberapa daerah antara lain di Tanjung Jabung Barat Jambi tahun 2004 sekitar 150 ton, di Kalimantan Selatan tahun 2005 sekitar 63,8 ton, di pantai Prigi Trenggalek  pada tahun 2005 mencapai 1.245 ton dan di Lumajang tahun 2006 sekitar 100 ton.  
Sementara itu, volume ekspor ubur-ubur dari propinsi Jawa Timur pada tahun 2004 mencapai 1.163 ton dengan nilai US$ 986.163, sedangkan tahun 2005 mencapai 421,126 ton dengan nilai US$ 513.855.  Ekspor ubur-ubur dari Jambi ke Malaysia dan Singapura pada tahun 2006 mencapai 3,750 ton dengan nilai US$ 18.750, sementara itu ekspor ubur-ubur dari Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan ke negara Hongkong dan Taiwan pada tahun 2006 mencapai 40 ton dan tahun 2007 mencapai 50 ton.  

Cilacap, salah satu sentra produksi ubur-ubur
Menurunnya intensitas hujan  telah  menjadikan  ubur-ubur banyak bermunculan  di berbagai daerah termasuk  sekitar perairan pantai Cilacap. Musim ubur-ubur di Cilacap biasanya terjadi pada bulan September–Nopember, sehingga banyak nelayan mengalihkan tangkapan dari ikan ke ubur-ubur. Cilacap merupakan salah satu wilayah pesisir selatan pulau Jawa yang langsung berhadapan dengan Samudera Hindia sehingga memiliki potensi perikanan yang cukup besar diantaranya adalah ubur-ubur yang muncul satu tahun sekali.  
Nelayan di wilayah Cilacap menangkap ubur-ubur dengan menggunakan perahu jenis fiber dan compreng yang dilengkapi dengan alat tangkap jaring, sedangkan pada saat puncak nelayan menangkap ubur-ubur hanya dengan menggunakan gayung. Satu perahu fiber dapat mengangkut sekitar 1 (satu) ton ubur-ubur, sedangkan perahu jenis compreng dapat mengangkut 2-3 ton. Dalam satu hari, nelayan dapat  melaut  dua sampai tiga kali, hal ini karena lokasi tangkapannya berada disekitar perairan pantai seperti pantai Jetis, Binangun, Srandil, Teluk Penyu, Logending dan Nusakambangan.
Pada saat musim puncak, hasil tangkapan ubur-ubur basah dari nelayan Cilacap dapat  mencapai sekitar 500-800 ton per hari. Tingginya produksi ubur-ubur di Cilacap telah menguntungkan nelayan, pekerja pengolah ubur-ubur, para kuli bongkar dan pedagang musiman yang berjualan disekitar lokasi bongkar maupun pabrik pengolah ubur-ubur.

Pengolahan ubur-ubur
Proses pengolahan ubur-ubur basah menjadi ubur-ubur kering yang siap ekspor banyak dilakukan oleh pedagang pengumpul dan pengolah ubur-ubur di Cilacap dengan jumlah  sekitar 10 pengusaha. Pengeringan ubur-ubur yang siap ekspor adalah dimulai dengan perendaman ubur-ubur basah dengan air selama beberapa hari untuk menghilangkan lendir dan racun. Setelah itu, dilakukan pemisahan antara kaki dengan topi ubur-ubur; pencucian dengan menggunakan tawas; pemberian garam; kemudian peletakan pada rak dan penutupan dengan karung sampai kering. Proses pengolahan ubur-ubur basah sampai menjadi kering dapat berlangsung 7 hari, sedangkan untuk ubur-ubur yang setengah kering (SK) sekitar 5 hari. Dari berat kaki ubur-ubur sebesar 1 kg  basah setelah dilakukan pengeringan tinggal 6-7 % (60-70 gram) dari berat awal, sedangkan rendemen  topi ubur-ubur kering  sekitar 3- 4 %  dari berat awal.

Pemasaran ubur-ubur
            Ubur-ubur basah hasil tangkapan nelayan dijual ke pedagang pengumpul dan pengolah dengan harga sekitar Rp. 600,- /kg - Rp. 800 ,-/kg untuk ubur-ubur muda, sementara untuk ubur-ubur yang tua harganya sekitar Rp. 1.000,-/kg – Rp. 1.500,-/kg.   Ubur-ubur yang telah dikeringkan, biasanya di pasarkan ke pengekspor yang berada di sekitar Cilacap maupun ke Jakarta dan kemudian dilakukan ekspor ke Jepang, Taiwan, China, Korea, Hongkong dan Singapura. Di negara pengimpor, ubur-ubur banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat-obatan dan kosmetik. Harga ubur-ubur kering ditingkat pengekspor dapat mencapai Rp. 30.000,- /kg, sementara untuk yang setengah kering dapat mencapai Rp. 28.000,-/kg.

Kendala pengolahan ubur-ubur
Permasalahan yang dihadapi selama ini adalah penduduk yang tinggal disekitar lokasi pengolahan sering mengeluhkan bau busuk yang bersumber dari pabrik ubur – ubur. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah daerah setempat cukup bijaksana yakni melalui pertemuan antara pengusaha dengan penduduk. Disatu sisi penduduk membutuhkan lapangan kerja, namun disisi lain merekapun tidak nyaman hidup dengan bau busuk yang menyengat. Untuk itu sementara diputuskan agar pengusaha hanya mengolah ubur – ubur setengah jadi hingga produk akhir. Artinya, pengolahan awal dilakukan di lokasi lain yang jauh dari pemukiman penduduk.
Teknologi yang digunakan untuk pengolahan ubur-ubur ini cukup sederhana dan tidak memerlukan investasi yang besar, jumlah tenaga kerja tersedia dengan  upah yang relative masih rendah sesuai dengan pendidikan dan keterampilan yang diperlukan, dan permintaan pasar domestik maupun inetrnasional cukup besar, sehingga usaha dibidang pengolahan ubur-ubur ini mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan.




No comments:

Post a Comment