Peluang pasar kodok
Keberadaannya menjadi salah satu parameter kondisi
lingkungan, tetapi rasanya yang enak menjadikan kodok juga diburu sebagai salah
satu bahan pangan. Terlepas dari ketentuan suatu agama tertentu, kodok merupakan
komoditas perikanan yang potensial, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun
ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negara-negara Eropa, Amerika dan
beberapa negara Asia. Ekspor paha kodok dari Indonesia telah dilakukan ke
negara-negara diantaranya Belgia, Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol, Jepang,
Amerika Serikat, Korea, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Singapura dan Kanada.
Budidaya kodok telah dilakukan di beberapa negara, baik
negara tropis maupun beriklim sub tropis. Tercatat negara-negara Eropa yang
telah membudidayakan kodok antara lain: Perancis, Belanda, Belgia, Albania,
Rumania, Jerman Barat, Inggris, Denmark, Yunani, Amerika Serikat dan Meksiko, sedangkan
di Asia meliputi China, Bangladesh, Indonesia, Turki, India dan Hongkong.
Di Indonesia, sumber pasokan kodok berasal dari tangkapan
alam dan budidaya. Sentra produksi kodok meliputi wilayah Sumatera Utara, Riau,
Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Sementara itu,
budidaya kodok terutama jenis kodok lembu
telah banyak dilakukan di wilayah Klaten Jawa Tengah, Malang Jawa Timur,
Sukabumi Jawa Barat dan Badung Bali. Uni
Eropa beberapa tahun yang lalu pernah mempertanyakan pasokan kodok dari
Indonesia karena ukurannya cenderung mengecil. Hal ini terkait dengan isu
lingkungan, karena jika pasokan kodok berasal dari hasil tangkapan di alam,
berarti populasinya telah semakin berkurang.
Sejarah dan Jenis-jenis kodok
Sejarah kodok tidak diketahui asalnya dan hampir ditemukan di mana-mana,
karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Kodok yang banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu kodok lembu atau bullfrog (Rana catesbeiana) berasal dari Taiwan, meskipun kodok itu semula
berasal dari Amerika Selatan. Kodok lembu merupakan salah satu komoditas andalan perikanan untuk tujuan
ekspor. Kodok lembu mempunyai beberapa kelebihan diantaranya cepat menyesuaikan
lingkungan buatan, lebih jinak dan ukurannya lebih besar daripada kodok lokal.
Kodok tergolong dalam ordo Anura, yaitu golongan amfibi yang tidak memiliki ekor. Pada ordo
Anura terdapat lebih dari 250 genus
yang terdiri dari 2600 spesies. Sementara itu, terdapat 4 jenis kodok asli
Indonesia yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat yaitu:
- Rana
Macrodon (kodok hijau), yang berwarna hijau dan dihiasi
totol-totol coklat kehijauan dan ukurannya mencapai hingga 15 cm.
- Rana
Cancrivora (kodok sawah ), hidup di sawah-sawah dan badannya dapat
mencapai 10 cm, badan berbercak coklat dibadannya.
- Rana
Limnocharis (kodok rawa), mempunyai daging yang rasanya paling
enak, ukurannya hanya 8 cm.
- Rana
Musholini (kodok batu/raksasa) mencapai
berat sekitar 1.5 kg dan panjang 22
cm.
Pemasaran Kodok
Proses pengolahan kodok hijau menjadi paha kodok atau swike yaitu kodok hidup dipotong kepala, kulit dikupas, isi perut
dan jari kaki dibuang sehingga tinggal setengah badan dari punggung ke paha.
Pengolahan kodok biasanya dilakukan dua kali yaitu pada pukul 07.00-09.00, kemudian pukul 13.00
-15.00 WIB.
Jenis kodok yang biasa dijual adalah kodok batu dan kodok hijau yang
berasal dari tangkapan. Pengangkutan kodok biasanya dilakukan pada pagi dan
sore hari dengan tujuan untuk menjaga kodok agar tetap hidup. Pasokan kodok
hidup dilakukan dengan membeli ke pedagang pengumpul yang berasal dari
Purwakarta, Majalengka, Cianjur, Garut, Sumedang dan wilayah sekitar Bandung. Jalur
distribusi kodok di Kota Bandung dapat diilustrasikan sebagai: pemburu kodok
menjual ke pedagang pengumpul; pedagang pengumpul menjual ke pengolah kodok; kemudian pengolah kodok menjual hasil olahannya ke warung makan yang terdapat di Kota Bandung. Sementara itu, jenis kodok batu
biasanya langsung dijual dalam keadaan hidup ke pasar tradisional maupun rumah
makan, sedangkan kodok hijau terlebih dahulu diolah yaitu dikuliti dan dibersihkan isi perutnya.
Bagian dari kodok yang dikonsumsi adalah paha kodok atau swike.
Kapasitas produksi pada saat musim puncak kodok yaitu bulan
Maret-Oktober sekitar 100 kg kodok hidup
menjadi paha kodok sekitar 50-60 kg, sedangkan pada musim paceklik sekitar 25
kg kodok hidup menjadi paha kodok atau swike
sekitar 15 kg. Harga kodok batu dalam
keadaan hidup sekitar Rp. 25.000,-/kg berisi 10-15 ekor, sedangkan jenis kodok
hijau sekitar Rp. 12.000,-/kg, namun setelah diolah menjadi swike harganya menjadi Rp. 30.000,-/kg.
Di Kota Semarang, pusat penjualan paha kodok terdapat di Jl. Imam Bonjol
yang mulai beroperasi pada pukul 05.00 sampai pukul 06.00. Jumlah pedagang 7
orang dengan volume penjualan rata-rata sekitar 50-200 kg per hari per pedagang.
Pedagang kodok ini sebagian besar berasal dari Demak, sedangkan pasokan kodok
berasal dari Solo, Salatiga, Ungaran, Kendal dan Temanggung. Setelah melakukan aktifitas di Jl. Imam
Bonjol, pedagang kemudian menjual paha kodok ke Pasar Pecinan Gang Baru. Pedagang tersebut menerima kodok dengan
kondisi sudah dikuliti, kemudian dilakukan pemisahan ukuran dan pemotongan
antara bagian paha dengan tembolok.
Bagian tembolok pun dijual sengan harga Rp 5000,-/kg.
Harga kodok di Kota Semarang relatif bervariasi tergantung ukurannya. Untuk
kodok ukuran kecil dijual seharga Rp 10.000 – Rp 12.000/kg, ukuran sedang Rp
12.000 – Rp 16.000/kg, ukuran besar Rp 17.000 – Rp 21.000/kg, sedangkan ukuran
super besar dijual sekitar Rp. 23.000,-/kg. Kodok ukuran
super besar terdapat 4, 9 atau 12 ekor per kilogram, kodok ukuran sedang sekitar 22 ekor/kg dan
kodok ukuran kecil berisi 36 ekor. Selain
itu, terdapat warung makan swike yang mampu menjual sekitar 10-25 kg perhari dengan
pasokan berasal dari Purwodadi.
Menu masakan berbahan baku kodok
Paha kodok hasil olahan biasanya dijual ke restoran atau warung makan yang
kemudian dimasak menjadi swike
goreng tepung, swike goreng mentega,
kuah tauco swike. Dalam satu malam,
penjualan paha kodok dapat mencapai 50 kg yang terbagi dalam 4 abang warung tenda. Harga menu masakan berbahan baku dari paha kodok di warung tenda cukup
bervariasi, untuk menu kuah tauco swike
sekitar Rp 14.000,- per porsi, sedangkan
swike goreng tepung dan goreng
mentega sekitar Rp. 15.000,- per porsi.
Manfaat kodok
Hewan amfibi seperti kodok memiliki manfaat bagi manusia dan lingkungan,
baik sebagai bahan makanan yang diekspor ke mancanegara, hewan peliharaan dan
bahkan dijadikan bahan percobaan di bidang medis dan kimia. Selain
rasanya enak, kandungan gizi yang cukup tinggi, daging kodok juga dipercaya
dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Kandungan gizi paha kodok per 100 gr
yaitu protein sekitar 16,4 gr; lemak 0,3 gr; abu 1,4 gr; kalori 73 kkal per 100
gr/ 3,5 oz ; dan air 81,9 gr.
Selain itu, limbah kodok yang tidak dipakai sebagai bahan
makanan manusia dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan lele. Sementara itu,
kulit kodok yang telah terlepas dari badannya dapat diproses menjadi kerupuk
kulit kodok, sedangkan kepala kodok yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar
hipofisanya dan dimanfaatkan untuk merangsang kodok dalam proses pembuahan
buatan.
Sementara
itu, dari sisi ekologi kodok berfungsi sebagai indikator keseimbangan alam dan
keberadaannya merupakan salah satu pendukung penting dalam siklus mata rantai
makanan. Beberapa jenis kodok yang hidup di sawah berfungsi sebagai predator rayap dan jenis hama pertanian lainnya. Di
negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Kanada, eksistensi kodok saat
ini menjadi parameter utama untuk melihat baik atau buruknya kondisi lingkungan
hidup mengingat satwa tersebut sangat peka terhadap perubahan.
Apabila kodok bentuk fisiknya sudah berubah seperti ada
yang buntung, kakinya enam dan tanda-tanda tidak normal lainnya, hal ini
menunjukan bahwa kondisi lingkungan disekitarnya sudah buruk. Meskipun di
Indonesia belum cukup signifikan ditemui adanya degradasi fisik pada kodok dalam
jumlah besar, namun apa yang ditemui di Eropa, Amerika Serikat dan Kanada itu
harus menjadi sinyal serius untuk diantisipasi di Indonesia. Fenomena
terjadinya keanehan-keanehan pada kodok semacam itu, harus dijadikan peringatan
dini dalam menjaga keseimbangan eksosistem lingkungan.
Nasib kodok, diantara dua pilihan
Nasib kodok alam adalah pilihan bersama, dilestarikan
sebagai penjaga keseimbangan alam atau diburu sebagai komoditas yang menjanjikan.
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa kodok merupakan
hewan amfibi yang berbahaya, menjijikkan, beracun dan hanya mengenal sedikit
jenisnya, padahal satwa amfibi ini jenisnya beranekaragam, unik dan bahkan
cantik. Saat ini ketersediaan kodok di alam semakin langka akibat pemburuan
besar-besaran untuk dikonsumsi manusia. Padahal disisi lain, keberadaan amfibi
ini dapat dijadikan bio-indikator untuk mengetahui tingkat pencemaran
lingkungan. Hal ini menuntut perhatian lebih sehingga penangkapan
kodok dapat dibatasi.
No comments:
Post a Comment