Escargot dari Bekicot
Di Indonesia, bekicot (Achatina
Spp) dapat diolah menjadi produk
yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti sate, keripik, tumis bekicot,
dendeng, baso bekicot, gulai dan pepes. Tingginya kandungan protein pada
bekicot juga berguna sebagai bahan pembuat biskuit pendamping ASI. Di Perancis,
bekicot diolah menjadi hidangan mewah, lezat dan bergizi yang disebut Escargot d’France. Bekicot sebagai
hidangan di meja makan, pertama kali diperkenalkan oleh Raja Henri IV. Masakan
Perancis dari bekicot itu, telah menjadi hidangan yang sangat khas di sejumlah
hotel berbintang dan tidak semua restoran Perancis menawarkan menu Escargot, hanya restoran-restoran mahal
yang menyajikan menu ini. Escargot semula
berbahan baku Helix pomatia, karena Helix pomatia sulit diperoleh maka
bekicot jenis Achatina fulica
menggantikannya sebagai bahan baku Escargot.
Sejarah penyebarannya
dan Jenis-jenis bekicot
Menurut sebagian masyarakat, bekicot merupakan hewan yang menjijikkan,
kotor dan musuh para petani sehingga bekicot banyak yang dibuang dan dibunuh
karena dianggap sebagai hama tanaman. Bekicot banyak ditemukan di areal
persawahan, kebun, pekarangan dan tempat-tempat lembab lainnya. Bagi orang tua
di Indonesia, bekicot
mengingatkan mereka pada masa penjajahan Jepang yang menyengsarakan, karena
pada masa itu untuk mendapatkan bahan makanan lain sangat sulit sehingga
bekicot menjadi alternatif sumber pangan.
Pada awalnya, bekicot berasal dari Afrika Timur kemudian menyebar ke
seluruh dunia dalam waktu yang singkat karena berkembang-biak dengan cepat. Bekicot
menyebar ke arah timur sampai di Kepulauan Mauritus, India, Malaysia dan
Indonesia. Bekicot sejak tahun 1933 telah ada disekitar Jakarta, sementara
bekicot jenis Achatina fulicia masuk
ke Indonesia sekitar tahun 1942 dan banyak terdapat di Pulau Jawa.
Bekicot merupakan hewan lunak (Mollusca)
dari Klas Gastropoda yang berjalan dengan mengggunakan perutnya, memiliki cangkang
dan berlendir. Secara rinci klasifikasi bekicot termasuk dalam Divisio Mollusca, klas Gastropoda, ordo
Pulmonata, Famili Achatinidae dan
genus Achatina. Sementara itu jenis spesies bekicot yang ada meliputi : Achatina achatina, Achatina albopicta,
Achatina allisa, Achatina balteata, Achatina craveni, Achatina dammarensis,
Achatina fulgurata, Achatina fulicia, Achatina glutinosa, Achatina immaculata,
Achatina iostoma, Achatina iredalei, Achatina monochromatica, Achatina
mulanjensis, Achatina nyikaensis, Achatina panthera, Achatina passargei, Achatina
reticulata, Achatina schweinfurthi, Achatina schinziana, Achatina semisculpta,
Achatina smithii, Achatina stuhlmanni, Achatina sylvatica, Achatina
tavaresiana, Achatina tincta, Achatina tracheia, Achatina varicosa, Achatina
variegata, Achatina vignoniana, Achatina weynsi, Achatina zanzibarica dan
Achatina zebra.
Budidaya bekicot
Saat ini, bekicot merupakan hewan yang banyak
diburu karena merupakan hewan yang memiliki
nilai gizi tinggi, permintaan pasar untuk ekspor besar dan mudah di budidayakan.
Jenis bekicot yang dibudidayakan berasal dari jenis Achatina fulicia dan Achatina
variegata. Ciri Achatina fulica adalah warna garis-garis pada
cangkang yang tidak mencolok, berat badan antara 150-200 gram atau lebih dengan
ukuran badan antara 90-130 mm, telur sekitar 100-300 butir dengan tiga sampai
empat kali bertelur dalam satu tahun.
Sementara itu, Achatina variegate memiliki
ciri dengan warna garis-garis pada cangkang tebal dan berbuku-buku, berat badan sekitar 150-200
gram atau lebih dengan ukuran badan antara 90-130 mm, telur sekitar 100-300
butir dengan tiga sampai empat kali bertelur dalam satu tahun. Sentra produksi
bekicot di Indonesia meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur Sumatera
Utara, Bali dan Jawa Tengah.
Perkembang-biakan bekicot sangat pesat, hanya dalam jangka waktu 5-8 bulan
dapat bertelur sejumlah 50-100 butir per ekornya. Setelah bertelur, induk
bekicot biasanya langsung meninggalkan telur-telurnya begitu saja, tanpa
dirawat, namun, angka telur yang menetas adalah sekitar 80-90 %. Telur-telur
bekicot dapat menetas dengan baik, tergantung pada suhu dan kondisi keadaan
tempat telur itu hidup, semakin lembab, maka semakin cepat dan banyak pula yang
menetas. Makanan bayi-bayi bekicot adalah sisa-sisa pembusukan daun-daunan dan
juga lumut yang ada di sekitarnya. Bekicot dapat dipanen sekitar usia 6 bulan,
atau setelah bertelur dengan ukuran berat sekitar 80-100 gram tiap ekornya.
Manfaat bekicot
Selain potensi pasar yang besar, bekicot juga memiliki
kandungan nilai gizi yang tinggi, namun jarang pemanfaatannya karena
keterbatasan pengetahuan masyarakat mengenai kandungan gizi bekicot. Kandungan zat gizi daging bekicot per 100 gr BDD (berat dapat dimakan) antara
lain: protein 12%; lemak 1 %; hidrat
arang 2 %; kalsium 237 mg ;phospor 78 mg; Fe 1, 7 mg;
serta vitamin B komplek. Selain itu
kandungan asam amino daging bekicot cukup lengkap, dalam 100 gram daging
bekicot kering terdiri dari leusin 4,62 gr, lisin 4,35 gr, arginin 4,88 gr,
asam aspartat 5,98 gr, dan asam glutamat 8,16 gr.
Bekicot juga sering dipakai dalam pengobatan tradisional, karena
ekstrak daging bekicot dan lendirnya diduga sangat bermanfaat untuk mengobati
berbagai macam penyakit seperti radang selaput mata, sakit gigi, gatal-gatal,
jantung, asma, sakit ginjal, TBC, anemia, diabetes, sembelit dan mencegah
influenza, sedangkan kulit bekicot sangat mujarab untuk penyakit tumor. Sejenis
obat yang dikenal berasal dari kulit bekicot, dinamakan Maulie, diklaim dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti
kekejangan, jantung berdebar, tidak bisa tidur/insomania dan leher membengkak.
Pengolahan bekicot
Proses pengolahan bekicot segar menjadi produk yang siap
konsumsi melalui beberapa tahapan. Pada awalnya bekicot dipuasakan selama
2-3 hari dengan tujuan agar kotoran, lendir keluar serta menghilangkan
bau; perendaman bekicot dalam air garam
dengan sedikit cuka sekitar 5-10 menit yang dilakukan 3-4 kali sehingga air
menjadi jernih; perebusan awal dilakukan selama 15 menit; pemisahan cangkang
dengan daging dilakukan dengan mencungkilnya; pencucian daging bekicot yang
telah dipisahkan dari cangkangya dilakukan dengan menggunakan air mengalir;
perendaman daging bekicot selam 15 menit dengan menggunakan air cuka; daging
bekicot yang telah direndam kemudian direbus kembali dan hasil yang diperoleh
merupakan daging bekicot setengah jadi yang siap untuk diolah. Daging
bekicot setengah jadi juga dapat dibekukan agar tahan lama. Rendeman hasil
pengolahan daging bekicot sekitar 15-18 %
dari bekicot segar artinya setiap 100 kg bekicot segar akan diperoleh daging bekicot sekitar 15-18
kg.
Pemasaran bekicot
Selama ini, Indonesia mengekspor bekicot dalam bentuk segar, beku dan asin
ke negara-negara tujuan antara lain: Perancis, Amerika, Kanada, Jepang, Taiwan,
Hongkong, Belanda, Yunani, Belgia, Luxemburg, Jerman dan Amerika Serikat.
No comments:
Post a Comment